Mengenal lebih dalam tentang taekwondo
Senin, 21 Desember 2015
Minggu, 13 Desember 2015
tugas isd buaya batik
budaya
batik dalam perkembangan bangsa Indonesia
Diajukan
untuk tugas Ilmu Sosial Dasar
OLEH
:
RAKA
MUHAMMAD ILHAM (15315606)
KELAS
: 1TA03
DOSEN
: Bapak EMILIANSHAN BANOWO
UNIVERSITAS
GUNADARMA
Jalan Margonda Raya No. 100 Pondok Cina,
Depok 16424
2015
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut
nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya panjatkan puja dan
puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
kepada kami, sehingga sayadapat menyelesaikan makalahilmu sosial dasar dengan
judul budaya batik dalam perkembangan bangsa indonesia.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu,saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini sapat bermanfaat untuk masyarakat dan dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu,saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini sapat bermanfaat untuk masyarakat dan dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Tangerang , 5 Oktober 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar ............................................................................................... i
Daftar
isi...........................................................................................................
ii
Bab
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah........................................................................... 1
1.2 Tujuan........................................................................................................
2
1.3 Metode
Penulisan...................................................................................... 3
Bab
2 PERMASALAHAN
2.1 Bagaimana batik dapat membangun budaya indonesia...........................................................................................................
4
Bab
3 PEMBAHASAN
3.1
sejarah batik di indonesia.................................. 8
3.2perkembanganbatik di indonesia.......................................................................9
3.3 pengaruh
batik dalam pembangunan indonesia..................................................12
Bab
4 KESIMPULAN DAN SARAN
4.1
Kesimpulan............................................................................................... 13
4.2
Saran.......................................................................................................... 14
1.1 Latar
belakang
Batik merupakan salah kekayaan
seni warisan budaya masa lampau, yang telah menjadikan Negara Indonesia
memiliki cirri yang khas di mancanegara. Perkembangan batik yang sudah menempuh
perjalanan berabad-abad silam, telah melahirkan berbagai jenis dan corak batik
yang khas disetiap daerahnya.
Kepopuleran batik Indonesia
dikancah dunia. Untuk itu sebagai warga Negara Indonesia kita harus bangga dan
ikut mempertahankan warisan budaya ini agar tidak punah dengan bergantinnya
zaman. Dengan adanya karya tulis ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
teman-teman mengenai warisan budaya Indonesia khususnya batik.
1.2 Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah
pengetahuan tentang kebudayaan batik dan agar kita sebagai bangsa Indonesia
cinta terhadap budaya batik karena selain batik bagus dipakai sebagai fashion
batik pun mempunyai pengaruh terhadap berkembangnya bangsa indonesia
1.3
Metode
Penulisan
Agar makalah ini dapat
dipahami pembaca, maka penulis membuat sistematika penulisan makalah sebagai
berikut :
1. BAB
1 PENDAHULUAN
Pendahuluan
berisikan latar beakang mengenai pengaruh batik dalam pembangunan bangsa
indonesia.
2. BAB
2 PERMASALAHAN
Berisi
tentang masalah yang akan dibahas, berupa garis besar dari judul dalam makalah
ini.
3. BAB
3 PEMBAHASAN
Peran
batik dalam pembangunan bangsa indonesia berisikan sejarah batik di
Indonesia,perkembangan batik di Indonesia dan pengaruh batik di indonesia.
4. BAB
4 KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi
tentang kesimpulan dari penulis dalam makalah dan masukan untuk judul yang
diambil
BAB
2
PERMASALAHAN
2.1 Bagaimana
batik dapat membangun budaya Indonesia?
Industri batik dapat
meningkatkan pendapatan negara
Seolah jendela dunia bisnis terbuka
lebar ketika pada 2 Oktober 2009 lalu, UNESCO mendeklarasikan batik Indonesia
sebagai warisan budaya dunia. Sejatinya, inilah tantangan bagi kita untuk
mengangkat batik sebagai salah satu pilar ekonomi rakyat. Deklarasi itu
ternyata mampu membangkitkan spirit “berbatik ria” di masyarakat Indonesia.
Kabarnya, penjualan batik di sejumlah gerai batik laku keras alias laris manis.
Inilah euforia batik. Dengan bahasa lebih bening, euforia batik bakal lebih
mendatangkan aura positif bagi pertumbuhan dan pengembangan perekonomian
nasional.
Bagaimana kinerja ekspor batik nasional? Mari kita lihat
realisasi ekspor batik Indonesia selama lima tahun
Tabel
1: Nilai Ekspor Batik Nasional 2004-2009
Tahun
|
Nilai Ekspor Batik
Nasional
|
2004
|
US$ 34,41 juta
|
2005
|
US$ 12,46 juta
|
2006
|
US$ 14,27 juta
|
2007
|
US$ 20,89 juta
|
2008
|
USS 32,28 juta
|
2009
|
US$ 10,86 juta
|
Disini saya haya mendapat data dari 2004-2009 walaupun
saya belum mendapatkan data yang paling terbaru tapi saya yakin peminat untuk
mengekspor batik masih meningkat karna banyak orang diluar sana yang menyukai
batik
Banyak yang berharap, euforia batik bakal mampu mengerek
kinerja ekspor batik nasional. Sehingga pada gilirannya akan mampu mendorong
pertumbuhan ekonomi dan menyerap tenaga kerja
Pemerintah menargetkan ekspor Tekstil
dan Produk Tekstil (TPT) – termasuk di dalamnya batik – mencapai sekitar
US$11,8 miliar pada 2009. Itu sedikit meningkat dibanding proyeksi ekspor tahun
2008 sebesar US$11 miliar. Industri TPT masih menjadi salah satu industri
prioritas yang akan dikembangkan karena mampu memberi kontribusi yang
signifikan bagi perekonomian nasional.
Industri TPT 2006 lalu menyerap 1,2 juta
tenaga kerja, tidak termasuk industri kecil dan rumah tangga. Selain itu
menyumbang devisa sebesar US$9,45 miliar pada 2006 dan US$10,03 miliar pada
2007. Secara konsisten industri TPT memberi surplus (net ekspor) di atas US$5 miliar
dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini. Oleh karena itu, pemerintah
menargetkan 2009 ekspor TPT mencapai US$11,8 miliar dengan penyerapan 1,62 juta
tenaga kerja.
Tantangan yang dihadapi industri batik
itu antara lain mengenai Sumber Daya Manusia (SDM). Misalnya, generasi pembatik
umumnya sudah berusia relatif lanjut, sehingga perlu upaya khusus untuk
menggugah minat kalangan muda untuk terjun ke usaha batik. Masalah lain yang
harus diatasi adalah masalah pendanaan, ketenagakerjaan, dan penanganan penyelundupan.
Saat ini industri TPT diakui juga menghadapi masalah daya saing terkait usia
mesin industri tersebut yang sebagian besar (sekitar 75%) berusia sekitar 20
tahun sehingga membutuhkan peremajaan mesin baru untuk bersaing di pasar
internasional dan domestik yang semakin ketat. Dari sisi teknologi, para
pengusaha industri batik umumnya belum melakukan perbaikan sistem dan teknik
produksi agar lebih produktif dan mutunya bisa sama untuk setiap lembar kain
batik. Itu belum termasuk pemakaian zat warna alam yang masih belum mendapat
hasil stabil satu sama lain. Dilihat dari sisi ketersediaan bahan baku
sutera, jumlahnya masih kurang dari
permintaan pasar. Selain itu, serat dan benang sutera umumnya masih impor. Dari
sisi pemasaran, adalah tantangan dari negara pesaing yang semakin meluas antara
lain dari Malaysia, Thailand, Singapura, Vietnam, Afrika Selatan dan Polandia.
Segi pemasaran batik Indonesia juga belum fokus untuk mengangkat batik
Indonesia sebagai high fashion
dunia.
Terkait masalah Kak Kekayaan Intelektual
(HKI), ditengarai bahwa motif-motif batik tradisional, belakangan ini banyak
ditiru oleh para perajin dari negara-negara lain. Kondisi tersebut terjadi
karena usaha perlindungan HKI di negara ini belum maksimal. Dalam kaitan
tersebut, sesungguhnya kegiatan dokumentasi motif batik sudah banyak dilakukan
oleh masyarakat, bahkan Departemen Perindustrian telah mendokumentasi sebanyak
2.788 motif batik dan tenun tradisional dalam bentuk CD (Compact Disc).
Solusi Alternatif
Bagaimana kiat untuk mendongkrak batik
secara ekonomis? Pertama, pemerintah
sebagai komandan pertumbuhan perekonomian nasional selayaknya segera ”menabuh
gong” pemberdayaan batik nasional. Caranya? Semua pegawai negeri yang berjumlah
sekitar 4 juta orang wajib memakai batik setiap Jumat. Ini termasuk semua
pejabat tertinggi negara dan tinggi negara. Sejak tahun 1980-an, karyawan bank
pelat merah memakai batik setiap akhir pekan.
Kedua,
pemerintah juga perlu mewajibkan semua pelajar untuk mengenakan batik setiap
Senin. Kewajiban ini sudah dijalankan oleh beberapa sekolah namun belum merata.
Pemberdayaan model ini sesungguhnya merupakan edukasi pragmatis bagi generasi
mendatang dalam mengembangkan produk dalam negeri.
Ketiga,
peserta seminar, workshop dan pelatihan wajib mengenakan pakaian batik pada
pembukaan acara tersebut, termasuk dalam sidang wakil rakyat. Acara ini patut
dianggap sebagai momen penting untuk mengembangkan produk dalam negeri.
Pemberdayaan tersebut mampu membawa
implikasi ekonomis bagi pengembangan batik, bahkan bagi ekonomi sekaligus
industri kreatif. Pemerintah telah mencanangkan 2009 sebagai Tahun Indonesia
Kreatif. Industri kreatif mampu menyumbang 6,3% dari produk domestik bruto
(PDB), menyerap 5,4% tenaga kerja dan berkontribusi 9% dari total nilai ekspor
nasional (Kompas, 25 Juni 2009).
Suatu kontribusi yang tidak kecil.
Bab 3
pembahasan
3.1 sejarah
batik di Indonesia
Sejarah
pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan kerajaan
Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa
catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa
kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerjaan Solo dan Yogyakarta.
Batik
yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap
dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau sekitar tahun 1920.
Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang
menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya
batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian
raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja
yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar
kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing. Lama-lama kesenian batik ini
ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum
wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik
yang tadinya hanya pakaian keluarga kraton, kemudian menjadi pakaian rakyat
yang digemari, baik wanita maupun pria.
Bahan
kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Sedangkan
bahan-bahan pewarna yang dipakai tediri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia
yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon mengkudu, tinggi, soga, nila,
dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanahlumpur.
3.2 Perkembangan Batik
Ditinjau dari perkembangan,
batik telah mulai dikenal sejak jaman Majapahit dan masa penyebaran Islam.
Batik pada mulanya hanya dibuat terbatas oleh kalangan keraton. Batik dikenakan
oleh raja dan keluarga serta pengikutnya. Oleh para pengikutnya inilah kemudian
batik dibawa keluar keraton dan berkembang di masyarakat hingga saat ini.
Berdasarkan sejarahnya, periode perkembangannya batik dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
Jaman Kerajaan Majapahit
Berdasarkan sejarah
perkembangannya, batik telah berkembang sejak jaman Majapahit. Mojokerto
merupakan pusat kerajaan Majapahit dimana batik telah dikenal pada saat itu.
Tulung Agung merupakan kota di Jawa Timur yang juga tercatat dalam sejarah
perbatikan. Pada waktu itu, Tulung Agung masih berupa rawa-rawa yang dikenal
dengan nama Bonorowo, dikuasai oleh Adipati Kalang yang
tidak mau tunduk kepada Kerajaan Majapahit hingga terjadilah aksi polisionil
yang dilancarkan oleh Majapahit. Adipati Kalang tewas dalam pertempuran di
sekitar desa Kalangbret dan Tulung Agung berhasil dikuasai oleh Majapahit.
Kemudian banyak tentara yang tinggal di wilayah Bonorowo (Tulung Agung) dengan
membawa budaya batik. Merekalah yang mengembangkan batik. Dalam
perkembangannya, batik Mojokerto dan Tulung Agung banyak dipengaruhi oleh batik
Yogyakarta. Hal ini terjadi karena pada waktu clash tentara
kolonial Belanda dengan pasukan Pangeran Diponegoro, sebagian dari pasukan Kyai
Mojo mengundurkan diri ke arah timur di daerah Majan. Oleh karena itu, ciri
khas batik Kalangbret dari Mojokerto hampir sama dengan batik Yogyakarta, yaitu
dasarnya putih dan warna coraknya coklat muda dan biru tua.
Jaman Penyebaran Islam
Batoro Katong seorang Raden
keturunan kerajaan Majapahit membawa ajaran Islam ke Ponorogo, Jawa Timur.
Dalam perkembangan Islam di Ponorogo terdapat sebuah pesantren yang berada di
daerah Tegalsari yang diasuh Kyai Hasan Basri. Kyai
Hasan Basri adalah menantu raja Kraton Solo. Batik yang kala itu masih terbatas
dalam lingkungan kraton akhirnya membawa batik keluar dari kraton dan
berkembang di Ponorogo. Pesantren Tegalsari
mendidik anak didiknya untuk menguasai bidang-bidang kepamongan dan agama.
Daerah perbatikan lama yang dapat dilihat sekarang adalah daerah Kauman yaitu
Kepatihan Wetan meluas ke desa Ronowijoyo, Mangunsuman, Kertosari, Setono,
Cokromenggalan, Kadipaten, Nologaten, Bangunsari, Cekok, Banyudono dan Ngunut.
Batik
Solo dan Yogyakarta
Batik
di daerah Yogyakarta dikenal sejak jaman Kerajaan Mataram ke-I pada masa raja
Panembahan Senopati. Plered merupakan desa pembatikan pertama. Proses pembuatan
batik pada masa itu masih terbatas dalam lingkungan keluarga kraton dan
dikerjakan oleh wanita-wanita pengiring ratu. Pada saat upacara
resmi kerajaan, keluarga kraton memakai pakaian kombinasi batik dan lurik.
Melihat pakaian yang dikenakan keluarga kraton, rakyat tertarik dan meniru
sehingga akhirnya batikan keluar dari tembok kraton dan meluas di kalangan
rakyat biasa.
Ketika
masa penjajahan Belanda, dimana sering terjadi peperangan yang menyebabkan
keluarga kerajaan yang mengungsi dan menetap di daerah-daerah lain seperti
Banyumas, Pekalongan, dan ke daerah timur Ponorogo, Tulung Agung dan sebagainya
maka membuat batik semakin dikenal di kalangan luas.
Batik
di Wilayah Lain
Perkembangan
batik di Banyumas berpusat di daerah Sokaraja. Pada tahun 1830 setelah perang
Diponegoro, batik dibawa oleh pengikut-pengikut Pangeran Diponegoro yang
sebagian besar menetap di daerah Banyumas. Batik Banyumas dikenal dengan motif
dan warna khusus dan dikenal dengan batik Banyumas. Selain ke Banyumas,
pengikut Pangeran Diponegoro juga ada yang menetap di Pekalongan dan
mengembangkan batik di daerah Buawaran, Pekajangan dan
Wonopringgo.
Selain
di daerah Jawa Tengah, batik juga berkembang di Jawa Barat. Hal ini terjadi
karena masyarakat dari Jawa Tengah merantau ke kota seperti Ciamis dan
Tasikmalaya. Daerah pembatikan di Tasikmalaya adalah Wurug, Sukapura,
Mangunraja dan Manonjaya. Di daerah Cirebon batik mulai berkembang dari keraton
dan mempunyai ciri khas tersendiri.
3.3 Pengaruh batik dalam perkembangan Indonesia
Batik dapat meningkatkan pendapatan negara karena peminat
batik dari luar negri sangat banyak sekali Terkait masalah Kak Kekayaan
Intelektual (HKI), ditengarai bahwa motif-motif batik tradisional, belakangan
ini banyak ditiru oleh para perajin dari negara-negara lain. Kondisi tersebut
terjadi karena usaha perlindungan HKI di negara ini belum maksimal. Dalam
kaitan tersebut, sesungguhnya kegiatan dokumentasi motif batik sudah banyak
dilakukan oleh masyarakat
4.1 Kesimpulan
Batik
merupakan produk budaya Indonesia yang sangat unik dan merupakan kekayaan
budaya yang harus dilestarikan dan dibudidayakan. Batik juga merupakan salah
satu solusi potensial untuk mendongkrak devisa negara melalui revitalisasi
industri kecil dan menengah. Hingga kini busana batik digunakan sebagai pakaian
yang sangat eksotisatik. Batik telah ada sejak zaman kerajaan Majapahit dan
kemudian memperluas tepat di masa kerajaan Mataran, Solo, dan Yogyakarta. Kain
batik merupakan kain universal yang terdapat di berbagai negara, walaupun
begitu, dunia mengakui bahwa batik berkembang pesat di Indonesia.
Batik
Indonesia diakui oleh dunia sebagai batik yang betul-betul sempurna
keindahannya, baik mengenai desain maupun proses pembuatannya. Namun sepertinya
baju Batik yang merupakan produk peradaban dan kebudayaan Nusantara kita sedang
hampir mengalami ‘kecolongan’. Seni Batik kurang terperhatikan untuk
diberdayakan sebagai sumber devisa yang sangat potensial. Jika kondisi ini kita
relakan berjalan dengan apa adanya, maka bisa diprediksikan negara kita akan
mengalami kerugian yang sangat memprihatinkan. Kerugian tersebut tidak hanya
dari segi materi yang mana bisa kita daya gunakan untuk mendongkrak devisa
negara melalui sektor pariwisata maupun ekspor-impor. melainkan juga kerugian
dari segi keotentikannya sebagai produk peradaban bangsa Indonesia akan
terancam semakin samar di mata dunia internasioanal dan lama kelamaan akan
luntur ditelan zaman.
4.2 saran
Cinta
dan penggunaan terhadap produk batik dalam negeri memiliki banyak sisi positif
sehingga patut dilakukan. Disarankan pula agar tidak membeli dan menggunakan
produk dalam negeri begitu saja, akan lebih baik bila disertai pula dengan rasa
cinta tanah air sehingga dapat menjadi sikap nasionalisme yang baik. Dengan
demikian semoga kedepannya kita lebih mengenal dan mencintai budaya nasional
warisan leluhur kita khususnya batik dalam semua kekreatifan kita dalam semua
aktifitas yang kita lakukan agar dapat menjaganya dan berharap supaya
masyarakat bisa memahaminya dan terus mempertahankan kesenian ini. Agar kita
selalu memilki kesenian yang telah dimilki Indonesia sejak dulu.
Daftar
pustaka
Langganan:
Postingan (Atom)